PENDIDIKAN
GRATIS DAN PENINGKATAN KUALITAS SDM di
SULAWESI SELATAN
(Studi Kasus Tentang Kebijakan Aturan Derah Terkait
Pendidikan Gratis)
,,,Berawal
dari sebuah realita dan harapan yang terlalu bersebarangan jauh di dunia
pendidikanku…..
Apa Itu Pendidikan Dan Sasarannya
Apa ??
Pandangan dunia
pendidikan secara substantif
sebenarnya tidak terlalu asing di masyarakat.Pendidikan telah hadir di kalangan
masyarakat sejak masa silam terlebih-lebih lagi pada masa kini dan
waktu-waktu mendatang.
Pendidikan
adalah sebuah realita,realita yang mampu memberikan tekanan pada seseorang
untuk berubah,belajar dan mengajar.
Secara
etimologi pendidikan daapat di artikan sebagai proses perubahan dari 0 menjadi
10.Adanya siterdidik dan peserta didik melahirkan suatu proses pengajaran yang
lebih merujuk pada suatu didikan.
Transfer ilmu seringkali dilakukan oleh
peserta didik dan si terdidik saat proses pengajaran
berlangsung.Namun,disparitas dalam dunia pendidikan sering menimbulkan
ketidakpuasan dan ketoka muncul perbedaan maka potensi untuk berbenturan pun
semakin besar.
Kaitannya
dengan pendidkan pada bagian ini sasaran utama pendidikan aadalah manusia.Dalam
proses pendidikan peserta didik di bantu untuk menumbuh
kembangkanpotensi-potensi kemanusiaannya.
Sulawesi Selatan Dengan Pendidikan
Gratisnya
Pendidikan gratis yang berlaku universal
untuk semua kalangan masyarakat.Selama beberapa tahun terakhir SULAWESI SELATAN dipimpin oleh seorang
gubernur dengan program pendidikan gratis .
Dalam dekade kepemimpinan
ini pendidikan gratis di SULAWESI SELATAN belum sepenuhnya berjalan sebagaiman
mestinya.Artinya masiih banyak yang perlu di benahi.
Pendidikan gratis hanya sebagai jualan
politik penguasa di SULAWESI SELATAN.Beberapa tahun terakhir setelah
peluncuraan paket pendidikan gratis,proses peningkatan kapasitas,kapabilitas
manusia bukannya meningkat tapi menurun dari tahun ke tahun.
Bukan hanya itu pendidikan gratis di
SULAWESI SELATAN sering diejawantahkan kedalam bentuk kesempatan bagi para
pihak terkait untuk ambil “bagian”
Kualitas
SDM Sulawesi Selatan Dengan Pendidikan
Gratis
Meninjau masalah kualitas SDM dengan
adanya pendidikan gratis tidaklah semapan atau sesuai dangan harapan semua orang.
Realitas dan harapan jauh bersebrangan. Peserta didik sebagai penyiapan warga
Negara dimasa akan datang tentulah bergantung pada tingkat kualitas SDM dan
pemimpinnya dengan berbagai kebijaksanaannya.Menurut data harian KOMPAS 2012 kebijakan
pendidikan gratis di tingkat SD hinga SMP yang di canangkan Pemerintah SULAWESI SELATAN(Sulsel) sejak tahun 1998
hingga saat ini masih memerlukan penyempurnaan dalam opersionalisasi kebijakan
dilapangan.Belum ada data pasti mengenai jumlah anak sekolah yang belum juga
dapat bersekolah.Namun bisa di pastikan masih bnayak anak ‘tak sekolah’di 24
kabupaten/kota di provinsi SULAWESI SELATAN
Seperti halnya seorang
anak mantan satpam di daerah tanah toraja tidak bisa bersekolah mengingat biaya
hidup terlalu mahal di tambah lagi kebutuhan biaya transport ke sekolah
membutuhkan biaya yang tidak sedikit sedangkan penghasilan tak menentu.Padahal
sejak di lantiknya pasangan H.Syahrul Yasin Limpo dan H.Agus Arifin Nu’mang
sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur pada tahun 1998 hingga saat ini ,pemprov Sulsel
diatur resmi melalui peraturan daerah (perda) No.4 tahun 2009 tentang
penyelenggaraan pendidikan gratis di sulsel.
Semua ini merupakan
indikator nyata bahwa pendidikan gratis tidak menunjang peningkatan mutu SDM
khususnya di SULAWESI SELATAN(Sulsel).Alokasi dana pendidikan gratis yang
seyogyanya diperuntukkan untuk kebutuhan peningkatan SDM murid-murid sekolah,
fasilitas dan berbagai hal yang mesti diperbaiki untuk peningkatan kapasitas
anak didik di setiap sekolah. Sehingga yang terjadi, di banyak kasus dana
pendidikan gratis digunakan untuk kepentingan pribadi para oknum, ada satu hal
cerita lucu lagi ketika penulis mendengar ocehan para Pahlawan Tanpa Tanda
Jasa, “ kapan mau kita bagi-bagi sisa dana Bos nya”,langsung terbesit dalam
hati kecil bahwa begitu bobroknya system dan oknum yang seharusnya menjadi abdi
dan panutan bagi para anak didiknya.
GRATIS
tapi MASIH BANYAK YANG PERLU DI BAYAR, (Kemana Aliran Dana Pendidikan Gratis
)??
Uraian kalimat di atas seakan
manipulatif dan tidak sesuai dengan fakta yang ada .Kata ‘GRATIS’ berarti bebas
dari biaya dan kontribusi.Namun,jika kita lihat fakta-fakta di setiap sekolah
yang menerima bantuan dana bukannya meningkat malah merosot,tagihan iuran dan
pernyediaan buku-buku paket tidak menjangkau setiap siswa fasilitas-fasilitas
yang tersedia seadanya saja.
Dengan adanya
pendidikan gratis bukannya beban orang tua menurun tapi sebaliknya. Kadang saat
kita masih berstatus sebagai siswa sering bertanya-tanya kemana dana pendidikan
gratis di alirkan ??
Pendidikan gratis
seakan permainan politik,gratis tapi masih banyak yang musti di bayar.Kebijakan
pemerintah mengenai bantnan dana untuk
setiap sekolah telah terelisiasikan.Sejak 1 juli 2008 pemerintah menyediakan
bantuan dana sebesar Rp120.000/siswa untuk SD dan sederajat da Rp240.000/siswa
untuk SMP dan sederajat.Bantuan dana tersebut dimaksudkan untuk membayar berbagai
macam kebutuhan sekolah,olahraga,les,pengadaan foto murid dan berbagai macam
iuran lainnya serta dana untuk siswa/murid dari kalangan keluarga miskin untuk
pembelian seragam sekolah.
Meski demikian realita
yang kita jumpai ternyata masih banyak anak-anak yang harusnya duduk di bangku
sekolah terpaksa banting tulang dengan alasan ongkos buat sekolah mahal,kasus
lain yang sering kita jumpai yaitu drop out tak mampu melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi karena faktor ekonomi.
Sampai sekarang kasus
yang demikian belum bisa diatasi secara maksimal oleh para pembuat kebijakan. Tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 pasal 1, yang kemudaian dirincikan dalam beberapa ayat
sebagai berikut:
Ayat
1 :Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.
Ayat 2.Setiap warga nengara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Slogan ini diumbar
kemana-mana tapi masih banyak yang tidak bisa duduk di bangku sekolah, jangankan
SMP seragam merah putih pun banyak yang tak pernah mengenakannya terkhusus
realita di Sulsel. Sungguh memprihatinkan.masih banyaknya anak-anak yang harus
putus sekolah karena alas an ekonomi, bahkan yang menjadi bobrok lagi ketika
para pembuat kebijakan dengan asyiknya berlenggak-lenggok tanpa melihat kebawah
yang terjadi seperti apa.
Aliran dana yang
seharusnya untuk peserta didik malah jatuh ke tangan-tangan mereka yang tidak
bertanggung jawab. Pemerintah musti
berupaya untuk mengatasi masalah ini. Tinjauan
langsung ke sekolah-sekolah terutama di daerah-daerah terpencil perlu di
tingkatkan. Dengan adanya kunjungan langsung, para penguasa juga bisa tau apa
kekurangan dan kelebihan terkait dengan kondisi pendidikan pada daerah tujuan. Dan kemudian perlunya rekonstruksi pemikiran
bagi para penjaja politik bahwa kebijakan selayaknya di enyam dulu sebelum
dicobakan ke orang lain. ibarat makn nasi dikunyah dulu sebelum ditelan.
Pendidikan Sebagai
Jualan Politik Para Calon Penguasa
Seperti halnya musim,
perguliran kepemimpinan akan menjadi bahan perbincangan ketika itu terjadi.
Adanya tawaran dan jajanan politik para calon penguasa sekan menjadi jamur di
musim hujan, yang kemudaian hilang ketika musim kemarau dating. Selayaknya janji-janji politik yang diumbar-umbar, namun
yang terjadi kemudian adalah “jamur-jamur” itu satu-persatu mulai hilang dan
terlupakan dengan sendirinya dan digantikan dengan “ tanaman-tanaman” lain para
penguasa untuk mendapatkan bagian.
Salah satu jualan politik yang paling sering
kita temukan adalah PENDIDIKAN GRATIS. Calon no. 1 dengan semangat baru-nya
bahkan berani mengeluarkan paket BEBAS, yang salah satunya adalah bebas biaya
pendidikan sampai SMA dan sederajat, sekaligus dukungan buat peningkatan
kapasitas wirausaha peserta didik dengan kemudahan pinjaman dana usaha.
Kemudian calon no.2 dengan sampan induknya tidak jauh beda dengan calon no.1 dan kemudian pada calon no. 3
dengan sayap garudanya-nya punya hal yang sama buat kemajuan pendidikan di
SULAWESI SELATAN. Yang menjadi pertanyaan kembali bahwa, apakah paket ini yang
menjadi jajanan politik para calon, sudah mereka pertimbangkan yang akan
menjadi “jamur” yang tetap ada sampai musim berikutnya. Yang kedua perguliran
estafet kepemimpinan di sulawesi selatan seharusnya menjadi panutan teutama
dalam hal penddikan politik kedepannya sehingga akan berdampak pada kapasitas
dan kapabilitas masyarakat. Kemudian yang menjadi harapan adalah kemajuan
pendidikan di Sulawesi selatan,siapapun orangnya, apapun warnanya. Yang
terpenting dalah bahwa kami tidak melihat lagi anak-anak jual Koran dijalan di
waktu sekolah, tidak ada lagi keluhan para orang tua akan biaya sekolah
anak-anaknya. Semoga ide itu akan menjadi realitas yang kemudaian menjadi
kebenaran yang sesungguhnya. Insyaallah. Kita tunggu tanggal mainnya.
BIODATA
PENULIS
Nama : Nur Rahmah
Nim : 10536431012
Kelas : 1 C
Fakultas : Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan (FKIP)
Jurusan :
matematika
Alamat :
Jl. Tidung VIII stapak 10 no, 133, Kelurahan Mapala, Kecamatan Rappocini,
Makassar
Email : rahmah105@gmail.com
No. Hp : 085396344039
0 komentar:
Posting Komentar